Kampung Rantau Bintang Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang berasal dari bergabungnya 3 Kampung Menjadi satu Kampung atau lebih tepatnya satu Kampung yang kemudian melahirkan 3 Kampung di Kemudian hari, Kampung ini dulunya bernama Kampung Tanjung Benteng. Kampung Tanjung Benteng diberi nama karena pusat Pemerintahan Kampung terletak di sebuah kawasan seperti tanjung/ mirip tanjung berbentuk leter L terbalik disekitar lubuk sebetur ( lubuk betogh dalam dialeg Hulu). Kampung Tanjung Benteng ini dipimpin oleh seorang Datok bernama Sarong ( kemudian dipanggil nek Sembang). Nek Sembang inilah tercatat sebagai Datok Pertama Kampung Rantau Bintang yang ketika itu masih hutan lebat dan kehidupan masih sangat sederhana.
Kampung Tanjung Benteng ini membawahi Sebetor dan Sekumur yang kemudian pada tahun 1961 berubah sebetor menjadi Kampung Betor/ Pematang Durian dan Sekumur Menjadi Kampung tersendiri pula, Kampung Tanjung Benteng berubah menjadi Kampung Rantau Bintang.
Berpecah tiganya kampong Tanjung Benteng Menjadi Rantau Bintang, Sebetor/ Pematang Durian dan Sekumur berawal dari Pembentukan Kecamatan Tamiang Hulu menjadi 24 Kampung dan Karang Baru menjadi 46 Desa seiringan dengan pemecahan wilayah Kecamatan Kualasimpang menjadi beberapa wilayah seperti Kejuruan Muda, Tamiang Hulu dan Karang Baru sebagai bahagian wilayah kewedanaan Tamiang atau yang kemudian kita kenal sebagai Daerah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah III Eks Kewedanaan Tamiang.
Dinamika Politik interen di Kampung Tanjung benteng juga ikut mempermulus pembentukan 3 kampung ini yang waktu itu di Rantau Bintang dipimpin Abu Bakar ( lebai Senang) dan Kampung Sebetur / dipimpin Oleh Nyak Raja dan Sekumur dipimpin oleh Sulaiman ( Petua Datok Empat Suku dibawah kerajaan Karang) Terpilihnya Abu Bakar Sebagai Datok Rantau Bintang yang merupakan tokoh hilir alur Paku setelah peralihan datok Tanjung Benteng kepada Nyak Raja yang kemudian pindah ke Sebetur dan menjadi Datok Pertama disebetur melahirkan blok hulu alur paku, hilir alur paku dan terbentuknya sebetur menjadi kampong dan Sekumur menjadi Kampung defenitif, ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa tarik menarik politik internal ikut mewarnai terbentuknya 3 kampung diatas.
Dinamai kampong ini sebagai Kampung Rantau Bintang karena berada pada posisi sungai yang lurus ( masyarakat setempat menyebutnya Ranto) dan Bintang adalah karena selalu terlihat bintang jatuh pada malam malam terang bulan karena tempat ini menjadi destinasi pencari ikan dimalam hari ( Mengguntang) dan menunggu ikan bertelur keatas pantai ( masyarakat setempat menyebutnya Ikan Moghgeh) yaitu segerombolan ikan meledok, ikan paitan, ikan jurung bertelur disisi pantai yang dangkal untuk mengeluarkan telur guna mengawinkan sel jantan dan betina dan itu terjadi di malam hari dan waktu terang bulan diujung musim kemarau sekitar bulan maret dan bulan agustus. Maka jadilah dari dua kata Ranto dan Bintang Menjadi Nama Kampung Rantau Bintang.